Hari
yang indah dengan matahari bersinar terang hampir di atas kepala. Akhir-akhir
ini matahari jarang keluar dari persembunyiannya karena hujan selalu turun,
padahal sekarang sudah memasuki musim kemarau. Sayangnya, aku tidak bisa
menikmati indahnya dunia saat ini, karena aku harus berkutat dengan buku-buku
tebal di perpustakaan. Langkah kakiku menyusuri koridor, ditambah dengan sapaan
taman-temanku sepanjang koridor. Aku hanya membalasnya dengan seutas senyuman.
“Hay Keysha, tugas
numpuk ya?” Ucap temanku yang berambut agak kriting
“Pagi Keysha, semangat
ya!” Ucap teman perempuan di sampingnya
“Makanya jangan
organisasi doang yang diurusin!” Celetuk salah seorang temanku yang lain
Temanku-temanku
semuanya baik, tapi terkadang mereka terlalu baik sampai aku tidak bisa
membedakan yang benar-benar baik dan yang hanya pura-pura baik.
Akhir-akhir
ini aku sibuk mengurus acara kampus yang akan diadakan secara besar-besaran.
Aku ingin semuanya sempurna, karena itu tugas-tugas kampusku menumpuk. Aku
harus segera menyelesaikannya kalau ingin nilai yang bagus.
Saat
ini aku sudah duduk di kursi pojok perpustakaan, dekat jendela, tidak lupa
ditemani dengan tumpukan buku yang akan segera ku jamah. Ku keluarkan laptop
dengan semangat juang yang tinggi. Tapi perpustakaan yang sunyi tetap membuatku
bosan.
Satu
jam, dua jam, tiga jam sudah kuhabiskan waktu di perpustakaan. Sangat
membosankan memang, tapi demi nilai apapun kulakukan. Untuk mengusir kebosanan,
sesekali aku melongok ke jendela, terlihatlah taman beserta beberapa orang yang
sedang baca buku, berkumpul dengan teman, ataupun pacaran.
“Mampus! gue lupa!”
Ucapku pada diri sendiri
Aku melupakan sesuatu, secepat kilat aku membereskan
buku-buku yang berserakan di atas meja dan memasukkan laptop ke dalam tas. Aku
bangkit dari tempat duduk dan menuju meja ibu perpus untuk meminjam lima buku
tebal yang mungkin akan kubutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugasku di rumah.
BRUKK!
Sesaat
setelah aku keluar pintu perpustakaan, ada yang menabrakku dari belakang. Semua
buku-buku yang kubawa jatuh berantakan. Ternyata orang yang menabrakku adalah
orang Cina yang sedang asik dengan gadgetnya.
“Maaf-maaf, ngga
sengaja, sini gue bantuin” Ucapnya yang juga ikut jongkok memungut buku
“Ngga usah, ngga usah,
udah sana pergi!” Ucapku yang mengacuhkannya
“Dibantuin malah
marah-marah!” Bisiknya sewot
“Eh gue denger ya!
Makanya lain kali matanya liat jalan jangan liat gadget!” Jawabku ikutan sewot
Cowok Cina itu pergi begitu saja tanpa menghiraukan
omelanku. Aku mempunyai pengalaman buruk dengan Cina. Aku kembali membereskan
bukuku dan langsung pergi ke parkiran.
Tiiinnnnnn!
Suara
klakson memekakkan telingaku, aku hampir saja ditabrak oleh mobil AVANZA putih.
Dengan keadaanku masih memegang buku yang banyak dan berat aku tidak berani
melabrak si pemilik mobil. Tak lama, dia turun dari mobil.
“Lo ngga apa-apa?”
Tanyanya
Aku
tersadar dari kekagetanku, ternyata yang hampir menabrakku itu adalah Cina yang
tadi menabrakku di depan perpustakaan.
“Elo lagi!! Sial amat
sih gue ketemu lo!!” Ucapku kasar
“Tadi kan gue udah
minta maaf dan sekarang lo yang salah. Lo yang ngga pake mata!” Jawabnya tak
mau kalah
“Kok jadi lo yang
marah-marah? Kan gue yang jadi korban!” Ucapku lagi lebih keras
“Lo harusnya minta
maaf!!” Jawabnya sambil menunjukku
Aku
yang benci dibentak tidak terima. Awalnya memang aku merasa salah, tapi karena
dia membentakku, aku tak sudi meminta maaf. Aku sengaja menjatuhkan buku yang
paling tebal dari tanganku hingga mengenai kakinya.
“Aww” Teriaknya
kesakitan
“Ups, sorry” Ucapku
sambil berlari menjauh darinya
Aku
segera pergi ke mobil dan menuju apotek untuk membelikan obat om ku yang sedang
sakit. Mendadak aku pikun, aku lupa jalan ke apotek yang menjadi langganan
keluargaku. Setengah jam aku di jalan tanpa titik terang. Dan aku kehabisan
bensin, aku tidak tau aku di mana. Jalanan yang sepi menambah kesusahanku untuk
tau aku di mana.
Aku
keluar mobil dengan hanya membawa tas, dan mencari orang untuk tau aku di mana.
Tak lama aku berjalan, aku melihat pemandangan mengerikan! Orang gila! Aku
berpikir sejenak cara melarikan diri. Belum sempat aku menemukan caranya, orang
gila itu sudah menyadari keadaanku. Aku berbalik arah dan lari
sekencang-kencangnya. Orang gila itu tetap mengejarku.
Aku
lelah berlari. Tiba-tiba ada mobil berhenti di depanku. Ternyata si orang Cina
itu lagi. Dia menyuruhku untuk masuk ke mobilnya. Tanpa pikir panjang, aku
langsung duduk di kursi depan mobilnya. Nafasku hampir habis. Aku takut, malu,
bingung, semua campur aduk.
Dia
dengan cepat melajukan mobilnya. Terlihat orang gila itu teriak histeris sambil
melambai-lambaikan tangannya. Kita jauh, menjauh, semakin jauh, sampai tak terlihat
lagi si orang gila. Sedikit demi sedikit aku mengatur nafasku.
“Minum dulu” Ucap cowok
Cina itu sambil mengulurkan sebotol minuman
“Makasih” Jawabku
mengambil minuman itu dari tangannya
Aku minum untuk melegakan tenggorokanku. Aku masih diam, suasana
menjadi canggung. Aku bingung harus bagaimana. Tapi tak lama, ia memecah
keheningan.
“Lo ngga apa-apa?”
Ucapnya lembut
“Ngga kok, makasih ya
dan maaf” Ucapku yang kemudian menunduk
“Udah ngga usah
dibahas, lo mau kemana?” Tanyanya
“Apotek Trias” Jawabku
“Loh? Kok nyasar ke
sini? Terus mobil? Tanyanya memasang muka heran
“Gue mendadak lupa arah
dan mobil gue bensinnya abis” Jawabku beralih menatapnya
Aku
duduk di sampingnya, memperhatikannya. Suasana hening kembali. Aku mengalihkan
pandanganku ke depan. Aku tidak mau tertangkap basah sedang mengagumi cowok
Cina di sampingku ini.
“Lo kenapa ngeliatin
gue kaya gitu?” Tanyanya heran
“Ngga, maafin gue ya
soal semuanya” Ucapku gugup karena ketauan
“Udah ngga usah
dibahas, eh by the way gue Kelvin, lo siapa?” Tanyanya mengulurkan tangannya
“Gue Keysha” Jawabku
menerima ulurannya
Aku
masih merasa ada kecanggungan. Padahal Kelvin begitu baik kepadaku. Dia
berusaha mencairkan suasana. Tapi aku yang terlalu pendiam menjadikan semua itu
sia-sia.
“Ngga usah tegang gitu,
gue maafin kok” Ucapnya
“Hehe, iya-iya, gue
bingung aja bisa sejahat itu sama lo” Jawabku mulai terbuka
“Kalo gue boleh tau,
kok lo kayanya kesel banget sama gue? Kita pernah ketemu?” Tanyanya penasaran
“Oh, ngga. Gue ada
pengalaman buruk aja sama orang Cina” Jawabku
“Oh, jangan kaya gitu
dong. Ngga semua orang Cina itu kaya orang yang nyakitin lo” Jawabnya santai
“Iya, gue ngaku salah,
ternyata masih banyak Cina yang baik kaya lo” Ucapku blak-blakan
“Gitu dong, jangan
judge suatu suku cuma karena beberapa orang yang pernah nyakitin lo dari suku
tersebut.” Ucapnya bijaksana
Mobil
yang kutumpangi berhenti di depan toko bertuliskan “Apotek Trias”. Aku segera turun
dari mobil Kelvin
“Makasih ya” Ucapku di
jendela mobil
“Iya sama-sama, gue tunggu ya, gue anterin pulang”
Ucapnya
Aku
hanya tersenyum. Aku langsung masuk ke apotek untuk membeli obat yang dipesan
mama untuk om. Setelah itu langsung menuju mobil Kelvin lagi untuk pulang
diantar olehnya.
Sebulan lalu aku memutuskan untuk membenci Cina, tapi
hari ini aku diantar pulang oleh cowok berdarah Cina. Tidak dipungkiri, dia
sangat baik dan kebaikan itu tidak boleh ditolak. Aku merasa dekat dengan
Kelvin. Di sepanjang jalan kita tak henti-hentinya tertawa. Ternyata Kelvin
adalah orang yang humoris.
Sesampainya
di rumah, aku turun dan langsung masuk rumah tapi tidak lupa berterima kasih
pada Kelvin.
Tingtong…
Baru saja sampai ruang tamu, sudah ada yang memencet bel.
Dengan langkah gontai aku menuju pintu untuk tau siapa yang datang. Ternyata
Kelvin.
“Eh Vin, ada apa?”
Tanyaku heran
“Gue mau ngembaliin
ini” Jawabnya sambil menunjukkan satu buku tebal
“Oh iya, makasih ya,
masuk dulu yuk” Ucapku ramah
Kelvin
ternyata datang lagi untuk mengembalikan buku tebal miliku yang kujtuhkan
hingga mengenai kakinya. Aku membawanya ke ruang tamu. Di sebelah ruang tamu
terdapat kolam. Di samping kolam terdapat kursi roda dengan pemiliknya yang
menatap ke arah kolam namun dengan tatapan kosong. Wajahnya pucat, tapi itu
tidak mengurangi ketampanannya.
“Ma, dia yang udah
nolong aku, namanya Kelvin” Ucapku memperkenalkan pada Mama
“Makasih ya, nak
Kelvin” Ucap Mamah tersenyum sambil kembali ke dapur
Kelvin
hanya membalas senyuman Mama. Dia duduk di kursi dan melihat seseorang berkursi
roda di samping kolam renang. Aku langsung mengerti apa yang ingin ia
bicarakan. Tanpa dia harus bertanya, aku akan menjelaskan terlebih dahulu.
“Dia Om Tristan. Om
gue. Dia yang udah ngebuat gue benci sama etnis Cina. Dia kaya gitu karena beberapa
cewek Cina. Bulan lalu dia baru ditinggal sama pacarnyaa untuk tunangan sama
orang lain. Dia hampir gila, dia om kesayangan gue. Dia suka banget sama Cina,
hampir semua pacar dia Cina dan akhirnya sama, dikhianati.” Jelasku panjang
lebar
“Maaf” Ucap Kelvin
“Ngga apa-apa, ngga tau
kenapa gue kaya udah deket sama lo” Jawabku menyeka air mataku
“Berarti kita sahabat
dong?” Tanyanya mengulurkan jari kelingkingnya
“Sahabat!” Jawabku
sambil menyambut kelingnya
Tanpa
sadar, kita mengerlingkan satu mata kita secara bersamaan. Aku tidak tau tanda
apa itu, tapi itu menjadi awal persahabatan kita. Aku sadar, aku salah telah
membenci suku lain hanya karena beberapa orang dari suku tersebut membuat
hidupku hancur. Aku akan berusaha lebih dewasa menghadapi masalah dan lebih
melihat ke luar untuk semakin dewasa. Memang benar, cinta dan benci bedanya
tipis sekali. Awalnya aku membencinya tapi sekarang aku mencintainya. Kini,
sahabatku yang paling kucintai adalah Cina, Kelvin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar