Senin, 08 Desember 2014

My Bestfriend is My Boyfriend

“Aww .. “ Erangku yang tersungkur dan semua buku bawaanku berserakan
“Sorry. Buru-buru Sha” Ucapnya sambil berlari dan tak memperdulikanku
“KARELLLLL!!” Teriakku
Tapi tetap saja dia tidak memperdulikanku. Dia malah terus berlari entah kemana, dia hilang di tengah kerumunan mahasiswa. Dengan berat hati aku membereskan buku yang berserakan di lantai. Karel adalah sahabatku dari jaman embrio, apapun kesalahannya pasti aku maafkan, begitupun sebaliknya. Entah kenapa akhir-akhir ini dia selalu saja membuatku kesal, tepatnya sejak dia bercerita kalau dia jatuh cinta pada seseorang. Setelah aku membereskan semuanya aku langsung menuju perpustakann untuk mngembalikan buku yang telah aku pinjam.

Setelah selesai semua urusanku aku pergi ke taman kampus untuk sekedar menikmati pemandangan. Pemandangan dan suasana di sini sangat bersahabat. Di sini adalah tempat favoritku bersama Karel saat bosan melanda. Sekian lama aku berada di sini, tak terasa sore telah menjelang
“Firshaaaaaa” Teriak seseorang memanggilku yang sedang duduk sendirian di taman
Aku hanya menoleh tanpa memberikan ekspresi apapun. Aku malas melihatnya setelah kejadian tadi siang, itu Karel. Dia seperti orang yang baru saja mendapatkan hadiah undian, wajahnya bahagia tanpa beban. Dia datang dan kemudian duduk di sampingku secara tiba-tiba tentunya tanpa undangan pula
“Kenapa muka lo? Masih marah?Soal tadi siang? Maaf deh ngga sengajaaa ..” Ucapnya
Aku diam tidak menjawab. Aku tidak suka padanya yag mulai mengabaikankku. Aku benci dia tidak lagi memperhatikanku, meskipun aku cuma seorang sahabat tapi aku juga ingin dia perhatikan. Sejujurnya aku suka padanya, sejak SMA. Aku sudah pernah mengatakn perasaanku tapi dia menganggapnya hanya bercanda. Mungkin karena kita terlalu sering bercanda, dia sampai tidak bisa membedakan antara aku yang serius dan aku yang bercanda
“Udah dong, maaf.. gue ngga bisa hidup nih kalo marahan sam lo” Ucapnya dengan muka yang memelas
“Gara-gara lo tuh gue diomelin sama si botak jelek penjaga perpus” Ucapku dengan wajah yang sama seperti sebelumnya
“Loh? Elo ngilangin buku kok nyalahin gue?” Ucapnya polos
“Mending gue ngilangin buku. Dia aja yang dendam pengen ngomelin gue” Ucapku kesal
“Terus kenapee?” Ucapnya penasaran
“Buku yang gue pinjem lecet!!” Ucapku sedikit dengan nada tinggi
“Bruakakkawhaha” Tawanya meledak saat mendengar jawaban yang aku lontarkan
“Sebagai bukti lo bener-bener nyesel, anterin gue pulang!” Ucapku
“Bilang aja lo mau tumpangan gratis!” Ucapnya sambil berdiri lalu pergi
Aku mengikutinya sampai parkiran. Dia ngoceh disepanjang perjalanan, mungkin sampai rumah mulutnya berbusa. Dia bercerita, ternyata tadi siang dia menjemput Sylvia. Dugaanku benar, mengabaikanku lagi karena wanita lain. Mungkin memang dia bukan jodohku, tapi aku sudah cukup sakit menahan semua perasaan ini, melihatnya bahagia dengan wanita lain. Yaahh, inilah kehidupan ..
Esok paginya aku berangkat sendiri tanpa Karel. Dia tidak menghubungiku, bisa ditebak pasti Sylvia lagi. Aku harus bisa mengerti sikap orang yang sedang jatuh cinta meskipun aku sendiri tidak pernah jatuh cinta kecuali pada Karel yang selalu ada untukku. Sesampainya di kampus …
“Firshaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” Teriak seseorang dari belakang
Tanpa aku menoleh aku tau itu Karel. Aku tersenyum melihat tingkahnya pagi ini, terlihat lucu bahkan aneh. Dia menyapa semua mahasiswa di dekatnya saat menghampiriku
“Kenapa lo? Kesambet?” Tamyaku heran
“Iyaaa … gue kesambet cintanya sylviaaa .. Dia sekarang jadi pacar guee yeyeyeee” Ucapnya seperti anak kecill yang baru saja mendapatkan mainan
“Ohh ..” ucapku sambil berjalan
“Ohh doang? Gue punya pacarrr Sha!” Ucapnya lagi
“Terus gue harus apa?” Tanyaku datar
“Kok lo kaya ngga seneng gitu?” Tanyanya
“Ngga gue seneng kok. Udah ya gue ada kelas” Ucapku sambil berlari ke kelas
Dia masih berteriak memanggilku tapi aku terus berlari sampai teriakan itu tidak terdengar lagi.Aku ikut bahagia kalau Karel bahagia. Tapi bagaimana dengan hatiku? Yang begitu tulus mencintainya. Aku harus bersikap seperti apa? Aku bingung
Tiga hari berlalu sangat cepat tanpa Karel. Bukan aku yan menghindar tapi Karel yang terlalu sibuk dengan pacar barunya. Semenjak dia punya pacar dia tidak mempunyai waktu lagi untukku, sahabatnya. Seakan dia manusia tersibuk di dunia. Aku hanya bisa menggelengkan kepala, dia sekarang seperti bukan pacar Sylvia melainkan supir Sylvia. Aku sudah berulang kali mengitkannya kalau Sylvia itu tidak sebaik yang dia kira, tapi lagi-lagi dia tidak mendengarkanku dan lebih memilih Sylvia. Daripada aku di rumah dan terus memikirkan Karel lebih baik aku pergi ke toko buku. Saat sampai garasi, aku baru ingat mobilku sedang dipakai Xirsie, adikku. Aku mengeluarkan hape dan langsung menekan nama “KarelBf” di handphoneku
“Halo? Karel bisa anter gue ke toko buku?” Tanyaku di telepon
“Sorry Sha, gue ngga bisa. Gue ada janji sama Sylvia” Jawabnyaa
“Tapi lo tau kan …” Ucapku yang dipotong olehnya
“Iya gue tau, tapi mau gimana? Gue udah terlanjur janji sama Sylvia”Ucapnya dengan nada yang agak tinggi
“Baru tiga hari lo jadian sama Sylvia lo udah ngga pernah ada waktu buat gue!! Sahabat lo!! Lo sibuk sama pacar lo!! Seakan-akan lo bakal mati tanpa dia! Udah gue bilang kesekian kalinya, Sylvia itu ngga sebaik yang lo kira!” Ucapku kesal
“Dan untuk kesekian kalinya jug ague peringatin sama lo, jangan pernah jelek-jelekin dia di depan gue!! Ngerti lo?” Ucapnya membentak
Aku langsung memutuskan jaringan. Aku benci dibentak, apalagi aku tau aku tidak salah. Aku langsung mengambil tas ku untuk ke toko buku. Daripada aku gila menghadapi Karel yang keras kepala
Sesampainya aku di depan toko buku, aku melihat Sylvia yang sedang naik motor bersama pria lain, tentunya itu bukan Karel. Aku yang melihatnya langsung mengejarnya, dengan bodohnya aku mengejarnya sambil berlari dan …
GEDUBRAKK!!
Sesuatu menghantam tubuhku, saat ini aku hanya ingin bertemu Karel untuk mengatakan semuanya. Tapi kepalaku sepertinya terkena sesuatu, rasanya sakit sekali. Dengan kesadaran yang tersisa ada seseorang yang mengangkat kepalaku, samar-samar aku melihatnya ternyata itu Karel. Dia menangis, dia memelukku. Aku mengumpulkan semua tenagaku untuk mengatakan sesuatu yang paling berharga dihidupku
“Karel.. Gue sayang sama lo, gue cinta sama lo, gue ngga rela lo sama Sylvia, dia jahat. Gue mau lo bilang lo sayang gue .. meskipun cuma sebagai sahabat.. untuk sekaliii aja”Ucapku dalam kesakitan
Dia tetap menangis, entah apa yang dia pikirkan. Sekali lagi aku mengumpulkan tenagaku untuk berbicara
“ Just three word, I Love You” Ucapku lagi terbata-bata
Sebelum aku mendengar jawabannya tiba-tiba semuanya gelap. Aku pingsan
Aku terbangun dalam suatu ruangan. Sangat terang, mudah ditebak ini rumah sakit. Kepalaku masih sakit dengan perban yang menempel. Aku melihat mama dan papa tertidur di sofa, sedangkan Karel tidur di samping ranjangku.Terlepas dari tingkahnya yang konyol dan kadang memalukan ternyata dia cukup tampan. Dengan lembut aku mengusap kepalanya tapi ternyata aku malah membangunkannya. Dia mengucek matanya dan aku tersenyum padanya
“I Love You” Ucapnya yang mungkin masih belum sadar
“Sadar. Jangan ngigo” Ucapku yang masih tersenyum
“Gue ngga ngigo. Gue serius” Ucapnya
“Sylvia?” Ucapku heran
“Gue udah tau semuanya. Udahlah ngga usah dibahas” Ucapnya datar
“Lo putus sama Sylvia, dengan gampangnya lo bilang lo cinta ke gue?” Ucapku
“Ngga gitu, ternyata selama ini gue salah. Gue ngga sadar ternyata cinta gue udah deket bahkan selalu ada untuk gue. Gue baru sadar kalo gue sayannggg banget sama lo” Jelasnya
“Terus gimana tadi pertanyaan gue?” Tanyanya lagi dengan senyuman khasnya
“Yang mana?” Tanyaku pura-pura tidak tahu
“I Love You” Ucapnya lagi
Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Aku bingung harus berkata apa
“Jawab dong” Ucapnya lagi
“Harus jawab apa?” Tanyaku
“Mau ngga jadi pacar gue?” Tanyanya dengan wajha serius
Aku hanya mengangguk pelan disertai dengan senyuman khasku. Tanpa menunggu kata yang akan keluar dari mulutku dia langsung memelukku dengan sangat erat sampai aku sesak nafas. Tapi aku sangat senang hari ini, tak apalah hampir kehabisan nafas asal dalam pelukan my Karel. Satu kata yang sangat berharga akhirnya terucap dari mulut seseorang yang juga berharga di hidupku, sahabatku. Eh, sekarang menjadi pacarku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar